MALANG – Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP UMM mengadakan Kuliah Kerja Lapang ke KSM Cinta Mahesa Pasuruan, 23 Desember 2023. KKL dipandu oleh Prof. Dr. Abdulkadir Rahardjanto, M.Si, Dr. Husamah, M.Pd., dan Drs. Samsun Hadi, MS.
Prof. Abdulkadir menyampaikan bahwa salah satu isu SDGs adalah sampah dan kesehatan. Masalah sampah berawal dari manusia atau masyarakat yang cenderung tidak sadar.
“Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022 hasil input dari 202 kab/kota se Indonesia menyebut jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21.1 juta ton. Dari total produksi sampah nasional tersebut, 65.71% (13.9 juta ton) dapat terkelola, sedangkan sisanya 34,29% (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik.” jelas Prof Abdulkadir mengutip data yang dirilis Kemenko PMK.
Ibu Lilik dan Pak Hendro selaku tim pengurus KSM Cinta Mahesa banyak menjelaskan bahwa ternyata sampah tidak sesuai dengan pikiran kita selama ini. Sampah ternyata dapat menghasilkan pundi-pundi atau cuan.
“Ketika kita mengelola dan memilah sampah, didaur ulang, dan yang organik diolah dengan maggot atau BSF maka akan besar dampaknya. Selain sampahnya bisa dijual, maggot juga bernilai ekonomis. Setelah dijadikan pakan ternak, maka daging unggas juga bisa dijual dan mendukung upaya pemberantasan stunting” terang Ibu Lilik.
Senada dengan itu, Bapak Endro Winaryo selaku koordinator pengelola juga menjelaskan bahwa pihaknya telah berhasil mereduksi sampah yang dikirim ke TPS DLH. Terjadi penghematan dan bahkan ada penghasilan bagi masyarakat.
“Saat ini tim kami terdiri atas 17 orang. Dan berkat penghasilan yang ada dari pengelolaan sampah berbasis maggot itu maka semua sudah tercover BPJS. Intinya kita harus bersahabat dengan sampah dan bijak dengan sampah yang kita hasilkan” terang Endro Winaryo.
Saat ini, KSM yang dikelolanya bisa menampung maggot pada 10 biopon pembesaran. Untuk masing-masing biopon berisikan antara 10-15 kilogram maggot yang bisa dijual sebagai pakan ternak seperti ikan lele, gurami, nila maupun unggas.
Ditambahkan oleh Saripudin Lathif, MPd selaku pendamping, dalam sebulan, pihaknya bisa memanen sampai 100-120 kilogram maggot. Per 1 kilogram, maggot pre pupa (anakan) dijual dengan harga Rp 6000. Sedangkan jikalau sudah dewasa dan menjadi induk atau pupa, maka harganya bisa mencapai Rp 50 ribu.
“Hasil dari sampah yang dimakan oleh maggot dipakai untuk menambah kebutuhan ekonomi warga. Kadang warga suka pakai untuk makanan unggas atau lele. Ada juga hasilnya yang dijual oleh warga dan didagangkan kembali,” jelas pria yang juga alumni S1 dan S2 Pendidikan Biologi UMM tersebut.