Catatan Safari Ramadhan 1439 H di FKIP UMM: Urgensi Spiritualitas dalam Etos Kerja

Senin, 28 Mei 2018 09:49 WIB   Prodi Pendidikan Biologi

 

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMM menjadi tuan rumah Safari Ramadhan 1439 pada tanggal 28 Mei 2018 bertempat di Ruang Sidang FKIP UMM (GKB 1 R. 614). Acara ini dihadiri oleh Sekretaris BPH UMM Drs. Wakidi, Wakil Rektor III UMM Dr. Sidik Sunaryo, SH., M.Si., M.Hum., dan Sekretaris PDM Kab. Malang & Dosen FAI UMM Drs. Nurul Humaidi, M.Ag.  Acara diikuti oleh dosen dan karyawan di lingkungan FKIP serta unit-unit kerja lain di UMM.

Berikut adalah catatan-catatan hikmah dari kegiatan tersebut:

Dr Poncojari Wahyono, M.Kes (Dekan FKIP UMM): Barangsiapa bertawakkal maka diberikan kecukupan oleh Allah Swt. Puasa adalah solusi dan jalan meraih ketaqwaan, puasa mengajarkan bertawakkal hanya kepada-Nya. Takwa menjadi solusi. Dengan taqwa maka hidup akan terarah dan tidak bingung.

Dr. Sidik Sunaryo, M.Si (Wakil Rektor III UMM): FKIP mencetak “kyai” dalam bidang pendidikan. Pendidikan memiliki peran sangat vital, di bangsa manapun. Para guru akan menyebar segala kebaikan, dimanapun mereka berada. Dengan demikian, ketika para dosen berangkat bekerja dengan ikhlas maka sebenarnya mereka telah memaknai puasa secara benar. Menahan diri dari semua hal buruk dan melenakan merupakan esensi puasa, dan ini harus disampaikan kepada mahasiswa. Menyampaikannya harus pula dengan keteladanan.

Selanjutnya, kita pun harus peka terhadap tren perkembangan saat ini. Terorisme merupakan salah satunya. Penanaman ajaran radikal itu umumnya dimulai sejak mereka kecil. Mereka dikondisikan secara khusus, bahkan sampai mereka kuliah. Mereka memiliki “keunggulan dan kecerdasan”, berkomunikasi dengan baik, menjadi aktivis, bahkan banyak yang menjadi asisten dosen. Dengan cara inilah maka mereka memiliki banyak “pengikut”, dan dengan cara itulah mereka menanamkan pemikiran mereka. Hal ini lah yang sangat berbahaya dan kita sulit untuk mendeteksi mereka. Oleh karena itu, UMM bergantung kepada dosen-dosen FKIP UMM.  Bagaimana menanamkan nilai-nilai yang tepat.

Revolusi industri 4.0 perlu didukung oleh nilai-nilai moralitas dan etik. Pada kenyataannya saat ini nilai-nilai kemanusiaan dan ilahiah cenderung ditinggalkan.  Pola hubungan kita cenderung tergantung pada alat komunikasi (handphone), serba teknis dan mekanis. Peran kita semakin dinafikan oleh teknologi. Inilah tantangan kehidupan saat ini.  

Drs. Wakidi (BPH): Kita bekerja pasti ada aktivitas bertujuan dunia dan akhirat. Etos kerja mendorong kita melakukan kerja terbaik, tidak main-main, dan penuh totalitas. Etos kerja yang baik perlu senantiasa dipupuk. Saat ini kita telah mewakafkan diri untuk berhidmat di UMM. Oleh karena itu kita harus ikut aturan UMM. Komunitas UMM adalah komunitas Muhammadiyah, sehingga  kita semua harus menyempatkan diri untuk berkhidmat bagi masyarakat. Kita tidak cukup hanya di fakultas dan universitas, tapi harus ikut pusaran besar Muhammadiyah. Kita perlu ikut mengaktifkan ranting-ranting Muhammadiyah, dimanapun kita tinggal. Bila itu kita lakukan dengan baik maka Insha Allah itu akan menjadi amal ibadah kita yang baik. Mari beramal dengan yang terbaik, didasari spiritual yang tinggi.

Drs. Nurul Humaidi, M.Ag (Sekretaris PDM Kab. Malang & Dosen FAI UMM): Tiga sifat Muslim.

1.       Untuk menjadi komunitas yang dicintai Allah Swt harus disertai bukti kecintaan komunitas itu kepada Allah. Maka perlu usaha untuk dicintai oleh Allah. Menurut seorang sufi, tanda sejati cinta kepada Allah adalah kematian (al-mautt). Kematian sejatinya bukanlah hal yang ditakuti. Kita perlu untuk menunjukan cinta kepada Allah dengan segala cara. Misalnya dengan memperhatikan segala ketentuan dan syari’at Allah. Lakukan yang kecil dan besar. Panggilan Allah harus lebih kita dahulukan daripada aktivitas yang lain. Apakah sudah begitu? Bila belum, maka bagaimana Allah akan mencintai kita?

2.       Selanjutnya adalah bersikap lemah lembut kepada sesama Muslim. Senang dengan keberadaan mereka. Merasa lebih baik diam daripada menyakiti hati sesama Muslim yang lain. Perjumpaan karena Allah dan berpisahpun karena Allah. Ini harus selalu kita amalkan. Tidak mau menyinggung perasaan orang lain.

3.       Bersikap keras terhadap orang-orang kafir. Kita membawa misi suci/risalah untuk menyampaikan kepada orang lain. Kita bukan penumpang. Maka kita harus menjalankan misi ke-khalifahan kita. Dalam konteks Muhammadiyah, maka kita harus menghidup-hidupkan Muhammadiyah di komunitas kita.

(dicatat oleh: Husamah)

 

 

 

 

Shared: